Sabtu, 14 Januari 2012

atu aswad ini jadi hitam karena kebanyakan dicium orang h itam..hehehee…becanda.. hajar aswad jadi hitam namanya juga aswad (hitam) itu sudah digambarkan sejak dahulu…secara alamiah batu ini bisa menjadi hitam bila mengalami perubahan cuaca yg signifikan dan terus mengalami sentuhan tangan dan mulut dari jutaan orang..coba fikir, berapa banyak daki atau kotoran yang nempel di batu ini, ada kotoran yg tidak bersih hanya disiram air aja..skalipun dicuci tetep ga ilang..kata ulama saya di kampung dalam sejarahnya batu ini pernah tenggelam kedasar tanah, namun berkat kekuasaan Allah batu ini kembali muncul kepermukaan tanah dan ditemukan oleh Nabi Ibrahim AS. sebagai batu yg timbul begitu saja dari dalam tanah (Pasir) sebagai tanda kekuasaan Allah SWT. memang asal dari batu itu bukan dari alam kita, tp dr syurga, kemungkinan besar batu itu jatuh ke bumi atas kehendak Allah SWT..ada kemungkinan bahwa batu tersebut jatuh ke bumi untuk memusnahkan seisi bumi yg dikuasai oleh predator dan memulainya kembali dengan kehidupan manusia yg aman dr predator, atau kekuasaan Allah atas makhluknya yg tdk percaya terhadap kekuasaan Allah, sehingga ditunjukkanlah sebuah batu yg tdk dpt disaingi oleh batu lain di alam semesta ini, tidak lain untk menunjukkan bahwa Allah itu ada..terkait penanggalan trhadap batu itu, saya kurang yakin soalnya sudah terbukti para ilmuan jg ngawur nentuin tanggalnya..n ga tanggung2 bedanya sampe puluhan abad…n saya yakin batu ini memiliki kekuatan inti yg jauh lebih besar daripada kekuatan nuklir..inilah bukti tentang adanya Allah..so bagi anti tuhan anda tidak akan pernah bisa melogikakan hal kecil seperti ini, mungkin anda akan mengatakan “itu terjadi begitu saja”..perkataan anak SD seperti ini jika akhirnya..

Minggu, 01 Januari 2012


Penerapan Teknologi Pendidikan di Indonesia

 Mega Siska                            

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2011

CBSA(CARA BELAJAR SISWA AKTIF)
A.    Pengertian Cara Belajar Siswa Aktif
Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengoptimalisasian pelibatan intelektual-emosional siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik siswa apabila diperlukan.
Dan menurut T. Raka Joni, CBSA adalah suatu pendekatan, bukan suatu metode atau teknik mengajar. Pendekatan Cara Belajar Siswa Aktif pada dasarnya adalah melihat kegiatan belajar sebagai pemberian makna secara konstruvistik terhadap pengalaman oleh pebelajar dan dengan dituntun azas “tut wuri handayani” pengendalian kegiatan belajar harus meletakkan dasar bagi pembentukan prakrsa dan tanggung jawab belajar ke arah belajar sepanjang hayat.
Pada umumnya metode lebih cenderung disebut sebuah pendekatan. Dalam bahasa Inggris dikenal dengan kata “approach” yang dimaksudnya juga “pendekatan”. Di dalam kata pendekatan ada unsur psikhis seperti halnya yang ada pada proses belajar mengajar. Semua guru profesional dituntut terampil mengajar tidak semata-mata hanya menyajikan materi ajar. Guru dituntut memiliki pendekatan mengajar sesuai dengan tujuan instruksional. Menguasai dan memahami materi yang akan diajarkan agar dengan cara demikian pembelajar akan benar-benar memahami apa yang akan diajarkan. Piaget dan Chomsky berbeda pendapat dalam hal hakikat manusia. Piaget memandang anak-akalnya-sebagai agen yang aktif dan konstruktif yang secara perlahan-lahan maju dalam kegiatan usaha sendiri yang terus-menerus. Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secar fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip. Konsep CBSA yang dalam bahasa Inggris disebut Student Active Learning (SAL) dapat membantu pengajar meningkatkan daya kognitif pembelajar. Kadar aktivitas pembelajar masih rendah dan belum terpogram.  Akan tetapi dengan CBSA para pembelajar dapat melatih diri menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan kepada mereka. Tidak untuk dikerjakan di rumah tetapi dikerjakan dikelas secara bersama-sama.
B.     Latar belakang CBSA
Penyelenggaraan pembelajaran merupakan salah satu tugas utama guru, di mana pembelajaran dapat diartikan sebagai kegiatan yang  ditujukan untuk membelajarkan siswa. Untuk dapat membelajarkan siswanya, salah satu cara yang dapat ditempuh oleh guru ialah dengan menerapkan pendekatan CBSA dan Pendekatan Keterampilan Proses ( PKP ) dalam proses pembelajaran. Baik CBSA maupun PKP merupakan pendekatan pembelajaran yang tersurat dan tersirat dalam kurikulum yang berlaku.
Dasar-Dasar Pemikiran Pendekatan CBSA
Usaha penerapan dan peningkatan CBSA dalam kegiatan Belajar Mengajar (KBM) merupakan usaha “proses pembangkitan kembali” atau proses pemantapan konsep CBSA yang telah ada. Untuk itu perlu dikaji alasan-alasan kebangkitan kembali dan usaha peningkatan CBSA dasar dan alasan usaha peningkatan CBSA secara rasional adalah sebagai berikut:
Rasional atau dasar pemikiran dan alasan usaha peningkatan CBSA dapat ditinjau kembali pada hakikat CBSA dan tujuan pendekatan itu sendiri. Dengan cara demikian pembelajar dapat diketahui potensi, tendensi dan terbentuknya pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dimilikinya. Pada dasarnya dapat diketahui bahwa baik pembelajar. materi pelajaran, cara penyajian atau disebut juga pendekatan-pendekatan berkembang. Jadi hampir semua komponen proses belajar mengajar mengalami perubahan. Perubahan ini mengarah ke segi-segi positif yang harus didukung oleh tindakan secara intelektual, oleh k mauan, kebiasaan belajar yang teratur, mempersenang diri pada waktu belajar hendaknya tercipta baik di sek lah maupun di rumah. Bukankah materi pelajaran itu banyak, bervariasi dan ini akan memotivasi pembelajar memiliki kebiasaan belalar. Dalam hubungannya dengan CBSA salah satu kompetensi yang dituntut ialah memiliki kemampuan profesional, mampu memiliki strategi dengan pendekatan yang tepat.
Belajar menyangkut apa yang harus dikerjakan murid – murid untuk dirinya sendiri. Guru adalah pembimbing dan pengarah, yang mengemudikan perahu, tetapi tenaga untuk menggerakkan perahu tersebut haruslah berasal dari murid yang belajar. Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya. Dengan  Penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengeanal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar yang terdapat disekitarnya. Selain itu, siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berfikir secara teratur, kritis, tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari – hari, serta lebih terampil dalam menggali, menjelajah, mencari, dan mengembangkan informasi yang bermakna baginya   ( Raka Joni, 1992 : 1 ). Guru diharapkan bekerja secara professional, mengajar secara sistematis, dan berdasarkan prinsip didaktik metodik yang berdaya guna dan berhasil guna ( efisien dan efektif ) artinya guru dapat merekayasa system pembelajaran yang mereka laksanakan secara sistematis, dengan pemikiran mengapa dan bagaimana menyelenggarakan kegiatan pembelajaran aktif           ( Raka Joni, 1992 : 11 ). Lambat laun penerapan CBSA pada gilirannya akan mencetak guru – guru yang potensial dalam menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan alam dan social budaya.
  1. Implikasi mental-intelektual-emosional yang semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar akan mampu menimbulkan nilai yang berharga dan gairah belajar menjadi makin meningkat. Komunikasi dua arah (seperti halnya pada teori pusaran atau kumparan elektronik) menantang pembelajar berkomunikasi searah yang kurang bisa membantu meningkatkan konsentrasi. Sifat melit yang disebut juga ingin tahu (curionsity) pembelajar dimotivasi oleh aktivitas yang telah dilakukan. Pengalaman belajar akan memberi kesempatan untuk rnelakukan proses belajar berikutnya dan akan menimbulkan kreativitas sesuai dengan isi materi pelajaran.
  2. Upaya memperbanyak arah komunikasi dan menerapkan banyak metode, media secara bervariasi dapat berdampak positif. Cara seperti itu juga akan memberi peluang memperoleh balikan untuk menilai efektivitas pembelajar itu. Ini dimaksud balikan tidak ditunggu sampai ujian akhir tetapi dapat diperoleh pembelajar dengan segera. Dengan demikian kesalahan-kesalahan dan kekeliruan dapat segera diperbaiki. Jadi, CBSA memberi alasan untuk dilaksanakan penilaian secara efektif, secara terus-menerus melalui tes akhir tatap muka, tes formatif dan tes sumatif.
  3. Dilihat dari segi pemenuhan meningkatkan mutu pendidikan di LP’TK (Lembaga Pendidikan Tenaga Pendidik) maka strategi dengan pendekatan CBSA layak mendapat prioritas utama. Dengan wawasan pendidikan sebagai proses belajar mengajar menggarisbawahi betapa pentingnya proses belajar mengajar yang tanggung jawabnya diserahkan sepenuhnya kepada pembelajar. Dalam hal ini materi pembelajar harus benar-benar dibuat sesuai dengan kemampuan berpikir mandiri, pembentukan kemauan si pembelajar. Situasi pembelajar mampu menumbuhkan kemampuan dalam memecahkan masalah secara abstrak, dan juga mencari pemecahan secara praktik
Hakikat Pendekatan CBSA
Siswa pada hakekatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu. Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif. Hakekat dari CBSA adalah proses keterlibatan intelektual-emosional siswa dalam kegiatan belajar mengajar yang memungkinkan terjadinya:
  1. Proses asimilasi/pengalaman kognitif, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan.
  2. Proses perbuatan/pengalaman langsung, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya keterampilan.
  3. Proses penghayatan dan internalisasi nilai, yaitu: yang memungkinkan terbentuknya nilai dan sikap
Walaupun demikian, hakekat CBSA tidak saja terletak pada tingkat keterlibatan intelektual-emosional, tetapi terutama juga terletak pada diri siswa yang memiliki potensi, tendensi atau kemungkinan kemungkinan yang menyebabkan siswa itu selalu aktif dan dinamis. Oleh sebab itu guru diharapkan mempunyai kemampuan profesional sehingga ia dapat menganalisis situasi instruksional kemudian mampu merencanakan sistem pengajaran yang efektif dan efisien. Dalam menerapkan konsep CBSA, hakekat CBSA perlu dijabarkan menjadi bagian-bagian kecil yang dapat kita sebut sebagai prinsip-pninsip CBSA sebagai suatu tingkah laku konkret yang dapat diamati. Dengan demikian dapat kita lihat tingkah laku siswa yang muncul dalam suatu kegiatan belajar mengajar.
Prinsip-Prinsip Pendekatan CBSA  Dan Rambu-Rambu CBSA
Prinsip CBSA adalah tingkah laku belajar yang mendasarkan pada kegiatan-kegiatan yang nampak, yang menggambarkan tingkat keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar baik intelektual-emosional maupun fisik, Prinsip-Prinsip CBSA yang nampak pada 4 dimensi sebagai berikut:
1.      Dimensi subjek didik :
  • Keberanian mewujudkan minat, keinginan, pendapat serta dorongan-dorongan yang ada pada siswa dalam proses belajar-mengajar. Keberanian tersebut terwujud karena memang direncanakan oleh guru, misalnya dengan format mengajar melalui diskusi kelompok, dimana siswa tanpa ragu-ragu mengeluarkani pendapat.
  • Keberanian untuk mencari kesempatan untuk berpartisipasi dalam persiapan maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar-mengajar maupun tindak lanjut dan suatu proses belajar mengajar. Hal mi terwujud bila guru bersikap demokratis.
  • Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu yang memang dirancang oleh guru.
  • Kreatifitas siswa dalam menyelesaikan kegiatan belajar sehingga dapat mencapai suatu keberhasilan tertentu, yang memang dirancang oleh guru.
  • Peranan bebas dalam mengerjakan sesuatu tanpa merasa ada tekanan dan siapapun termasuk guru.
2.      Dimensi Guru
  • Adanya usaha dan guru untuk mendorong siswa dalam meningkatka kegairahan serta partisipasi siswa secara aktif dalam proses belajar-mengajar.
  • Kemampuan guru dalam menjalankan peranannya sebagai inovator dan motivator.
  • Sikap demokratis yang ada pada guru dalam proses belajar-mengajar.
  • Pemberian kesempatan kepada siswa untuk belajar sesuai dengan cara serta tingkat kemampuan masing-masing.
  • Kemampuan untuk menggunakan berbagai jenis strategi belajar-mengajar serta penggunaan multi media. Kemampuan mi akan menimbulkan lingkuñgan belajar yang merangsang siswa untuk mencapai tujuan.
  • penyediaan pijakan dan tuntutan kognitif oleh guru sehingga siswa terbantu untuk memberikan makna terhadap pengalaman belajarnya.
  •  pemberian tugas/kesempatan bagi siswa untuk berbuat langsung guna mengkaji, berlatih/menghayati isi kurikulum,
  •  guru berusaha untuk memenuhi kebutuhan individu siswa
  •  guru berupaya melibatkan sebanyak mungkin siswa dalam interaksi belajar-mengajar
  •  guru mencek pemahaman siswa
  • guru mengembangkan berbagai pola interaksi dalam proses belajar-mengajar, baik antara guru dengan siswa maupun antar siswa
  • pemantauan intensif dan diikuti dengan pemberian balikan yang spesifik dan segera.
3.      Dimensi Program
  • Tujuan instruksional, konsep serta materi pelajaran yang memenuhi kebutuhan, minat serta kemampuan siswa; merupakan suatu hal yang sangat penting diperhatikan guru.
  • Program yang memungkinkan terjadinya pengembangan konsep maupun aktivitas siswa dalam proses belajar-mengajar.
  • Program yang fleksibel (luwes); disesuaikan dengan situasi dan kondisi.
4.      Dimensi situasi belajar-mengajar
  • Situasi belajar yang menjelmakan komunikasi yang baik, hangat, bersahabat, antara guru-siswa maupun antara siswa sendiri dalam proses belajar-mengajar.
Yang dimaksud dengan rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik dalam program maupun proses pembelajaran.
Rambu-rambu yang dimaksud adalah :
1. Kuantitas dan kualitas pengalaman yang membelajarkan
2. Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan, dan dorongan-dorongan yang ada pada dirinya
3. Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran
4. Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran
5. Keingintahuan yang ada pada diri siswa
6. Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa
7. kuantitas dan kualitas uasaha yang dilakukan guru dalam membina dan membina keaktifan siswa
8. Kualitas guru sebagai inovator dan fasilitator
9. Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran
10. Kuantitas dan kualitas metode dan media yang dimanfaatkan para guru dalam proses pembelajaran
11. Keterikatan guru terhadap program pembelajaran
12. Variasi interaksi guru-siswa dalam proses pembelajaran
13. Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar
Indikator dan Dimensi CBSA
Indikator-indikator tersebut ialah :
1. prakarsa siswa dalam pembelajaran, seperti keberanian mengemukakan pendapat tanpa diminta,
2. keterlibatan mental siswa dalam pembelajaran, seperti pengiktan diri pada tugas yang dihadapi, penyelesaian tugas secara tuntas melebihi apa yang diharapakan,
3. peranan guru lebih ditekankan sebagai fasilitator, pemantau dan pemberi balikan yang lebih bersifat ulur tangan dari pada campur tangan,
4. belajar eksperiensial (pengalaman langsung),
5. kekayaan variasi metode dan media dalam pembelajaran, dan
6. kualitas dan variasi interaksi dalam pembelajaran, baik antara guru-siswa maupun antar siswa.
Sementara T. Raka Joni (1985) mengemukakan dimensi di dalam proses belajar-mengajar yang menentukan kadar keaktivan siswa, yaitu
1. partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan belajar-mengajar,
2. penekanan pada aspek afektif (sikap) dalam pengajaran,
3. partisipasi siswa dalam pelaksanaan kegiatan belajar-mengajar (terutama dalam hal interaksi antar siswa),
4. penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah,
5. kekohesivan kelas sebagai kelompok,
6. kebebasan atau kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan penting dalam kehidupan di sekolah, dan
7. jumlah waktu yang digunakan untuk menaggulangi masalah pribadi siswa yang berhubungan dengan pengajaran.

Raka T. Joni mengungkapkan bahwa sekolah yang ber-CBSA dengan baik mempunyai karakterisitk berikut:
1. Pembelajaran yang dilakukan lebih berpusat pada siswa,
2. Guru adalah pembimbing dalam terjadinya pengalaman belajar,
3. Tujuan kegiatan tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis,
4. Pengelolaan kegiatan pembelajaran lebih menekankan pada kreativitas siswa,
5. Penilaian.
C.     PENDEKATAN KETERAMPILAN PROSES (PKP)
1. Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses
Pendekatan Keterampilan proses adalah wahana pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial, dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa.
Dimiyati dan Mudjiono (1999) menyimpulkan bahwa :
a. Pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan. Siswa dapat mengalami rangsangan ilmu pengetahuan dan dapat lebih baik mengerti fakta dan konsep ilmu pengetahuan.
b. Proses pengajaran yang berlangsung memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan tidak sekedar mendengar cerita atau penjelasan guru mengenai sesuatu ilmu pemgetahuan. Justru di sisi lain siswa merasa berbahagia dengan peran aktifnya di dalam proses pengajaran.
c. Pendekatan keterampilan proses mengantarkan siswa untuk belajar ilmu pengetahuan, baik sebagai proses ataupun sebagai produk ilmu pengetahuan sekaligus.
Secara singkat dapat dikatakan bahwa pendekatan keterampilan proses menekankan pada upaya membelajarkan siswa bagaimana belajar. Oleh karena itu, hubungan antara CBSA dan PKP sangat erat dan berinterksi secara timbal balik. Pendekatan keterampilan proses dapat dikatakan merupakan perwujudan dari upaya pembelajaran melalui CBSA
2. Jenis Keterampilan dalam PKP
a. Keterampilan-keterampilan Dasar (Basic Skills)
Keterampilan-keterampilan Dasar terdiri dari :
• Mengamati
• Mengklasifikasikan
• Mengkomunikasikan
• Mengukur
• Memprediksi
• Menyimpulkan
b. Keterampilan-keterampilan Terintegrasi (Integrated Skills)
Keterampilan-keterampilan Terintegrasi terdiri dari :
• Mengenali variabel
• Membuat tabel data
• Membuat grafik
• Menggambarkan hubungan antar variabel
• Mengumpulkan dan mengolah data
• Menganalisis penelitian
• Menyusun hipotesis
• Mendefinisikan variabel
• Bereksperimen


CAI ( Computer Assisted Instruction)

Menurut Hick & Hyde  CAI adalah a teaching process directly involving a computer in the presentation of instructional materials in an interactive mode to provide and control the individualized learning environment for each individual student.
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa computer-assisted instruction (CAI) pada dasarnya merupakan perangkat lunak (software) program pembelajaran dengan media komputer sebagai alat penyampai pesannya, yang didesain sebagai sumber belajar dalam kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran berbantuan komputer si belajar berhadapan dan berinteraksi langsung dengan komputer. Interaksi antara si belajar dengan komputer ini terjadi secara individual, dan komputer memang memiliki kemampuan untuk itu, sehingga apa yang dialami oleh si belajar yang satu akan berbeda dengan apa yang dialami oleh si belajar yang lain.


 Dalam pembelajaran berbasis internet dapat dimanfaatkan program pembelajaran CAI atau yang lebih dikenal dengan istilah program pembelajaran berbantuan komputer Program pembelajaran CAI merupakan program pembelajaran interaktif yang di desain dengan memanfaatkan komputer sebagai penyampai pesan atau isi kepada si belajar secara individual dalam suatu proses atau lingkungan pembelajaran individual. Bentuk-bentuk program CAI yang dapat dikembangkan antara lain yaitu: drill and practice, Problem solving, simulation dan game.
 Pemanfaatan program CAI dalam pembelajaran berbasis internet dapat dilakukan dengan menempatkan berbagai macam program soft ware CAI dalam sebuah server yang tersambung ke internet, sehingga dapat diakses oleh peserta didik baik melalui Web-Browser ataupun File Transport Protocol (Aplikasi Pengiriman File).
Sedang program CAI dalam pembelajaran berbasis internet merupakan salah satu jenis sumber belajar yang sengaja didesain (by desaign) yaitu sumber belajar yang dikembangkan secara khusus sebagai komponen sistem instruksional agar dapat memperlancar belajar formal dan bertujuan. Keberadaan sumber belajar dalam bentuk program CAI memungkinkan setiap subjek belajar dapat belajar secara individual, mandiri (mastery learning) sesuai dengan kecepatan dan kemampuan masing-masing.
Pemanfaatan program CAI dalam Program Pembelajaran Berbasis Internet
Program Computer Assisted Instructional (CAI) pada dasarnya merupakan sebuah program pembelajaran yang dikemas dalam bentuk perangkat lunak (software) komputer. Peserta ajar dapat belajar dengan cara menjalankan program atau perangkat lunak tersebut di komputer. Computer Assisted Instructional (CAI) merupakan penggunaan computer sebagai mesin belajar untuk mempresentasikan berbagai macam pelajaran yang memiliki karakteristik tersendiri dalam upaya mencapai tujuan-tujuan pendidikan yang spesifik dan juga terbatas. The Association for Education Communications and Technology (AECT, 1977) mendifinisikan computer-assisted instruction (CAI) sebagai suatu metode pembelajaran yang menggunakan komputer untuk mengajar siswa, dimana komputer tersebut berisi bahan ajar yang didesain untuk mengajar, sebagai sumber belajar, dan sebagai alat evaluasi kecakapan belajar siswa sampai level yang diinginkan dari kecakapan yang seharusnya dikuasai. Di lingkungan kita, computer-assisted instruction (CAI) juga sering disebut dengan istilah pembelajaran berbantuan komputer (PBK).

Karakteristik CAI
Untuk memudahkan belajar siswa, program CAI pada dasarnya memiliki karakteristik utama yang perlu diidentifikasikan secara teliti. Menurut Ismaniati (2001: 37), karakteristik CAI yang baik dan lengkap secara rinci harus memuat
komponen-komponen yang memudahkan belajar siswa antara lain yaitu: adanya bahan penarik perhatian, tujuan instruksional khusus (TIK), tes prasyarat, prates, uraian isi/materi, latihan, penjelasan/rambu-rambu jawaban latihan, rangkuman, pascates, dan balikan. Sedang untuk menunjang kegiatan pembelajaran siswa, pemanfaatan CAI sebagai sumber belajar dapat dikembangkan dalam beberapa bentuk program pembelajaran. Beberapa program pembelajaran CAI tersebut antara lain dapat dikembangkan dalam bentuk: tutorial, latihan dan praktek (drill and practice), simulasi (simulation), permainan (games), dan pemecahan masalah (problem solving).
INTERNET
Internet adalah sebuah jaringan komputer global, yang terdiri dari jutaan komputer yang saling terhubung dengan menggunakan protocol yang sama untuk berbagi secara bersama informasi. Jadi internet merupakan kumpulan atau penggabungan jaringan komputer lokal atau LAN menjadi jaringan komputer global atau WAN. Jaringanjaringan tersebut saling berhubungan atau berkomunikasi satu sama lain dengan berbasiskan protokol IP ( Internet
Protocol ) dan TCP (Transmission Control Protocol) atau UDP (User Datagram Protocol), sehingga setiap pengguna pada setiap jaringan dapat mengakses semua layanan yang disediakan oleh setiap jaringan. Dengan menggunakan protocol tersebut arsitektur jaringan komputer yang berbeda akan dapat saling mengenali dan bisa berkomunikasi

Fasilitas-fasilitas internet memiliki beberapa tujuan, yaitu :
• Sebagai Media Melakukan Transfer File
Sebagai sarana mengirim Surat (E-mail)
Sebagai Pusat Pembelajaran dan Pendidikan
• Sebagai sarana untuk penjualan atau pemasaran
• Melakukan Mailing List, Newsgroup dan konferensi
• Chating
• Search Engine
• Untuk mengirim SMS ke telepon sellular
• Sarana Entertainment dan Games
Membangun WEB
Internet tidak sama dengan Web. Dasar desain web yang paling umum digunakan adalah HTML. HTML (Hypertext Markup Language) adalah bahasa dari World Wide Web
yang dipergunakan untuk menyusun dan membentuk dokumen agar dapat ditampilkan pada program browser. Tiap kali kita mengakses dokumen web, maka sesungguhnya kita mengakses dokumen seseorang yang ditulis dengan menggunakan format HTML.